Munculnya Sang Regenerator

Di tengah kota kecil di jantung Eropa Timur, seorang pria berdiri di atas menara gereja, matanya tajam mengawasi malam yang gelap. Namanya adalah Mattarion Aragon, seorang pemburu iblis yang dikenal karena kekuatan luar biasanya dan iman yang tak tergoyahkan. Mattarion bukanlah manusia biasa; ia adalah seorang Regenerator, seseorang yang telah dianugerahi kemampuan untuk menyembuhkan luka-lukanya dengan cepat berkat sebuah ritual kuno yang dilakukan oleh ordo rahasia di dalam Gereja.

Mattarion telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk memerangi makhluk-makhluk kegelapan yang mengancam umat manusia. Dia melihat dirinya sebagai alat keadilan ilahi, berjuang melawan iblis dan vampir yang merajalela di bumi. Dengan pedang perak yang selalu siap di tangannya dan salib besar yang tergantung di lehernya, Mattarion tidak gentar menghadapi musuh-musuhnya, tidak peduli seberapa kuat atau liciknya mereka.

Suatu malam, ketika kabut tebal menyelimuti kota, sebuah bayangan besar terlihat bergerak cepat di antara pepohonan. Warga kota yang sudah mengetahui keberadaan makhluk-makhluk gelap ini segera menutup pintu dan jendela mereka, meninggalkan jalanan yang sepi. Namun, Mattarion tahu bahwa keheningan ini hanyalah ketenangan sebelum badai.

Dengan langkah mantap, Mattarion turun dari menara dan menuju ke arah bayangan itu. Di tengah perjalanan, dia merasakan kehadiran makhluk kegelapan di sekitarnya. Tanpa ragu, dia menghunus pedangnya dan bersiap untuk bertarung.

Dari balik kegelapan, muncul tiga vampir dengan mata merah menyala dan taring tajam. Mereka tertawa melihat Mattarion, menganggapnya sebagai manusia biasa yang mudah mereka kalahkan. Tetapi mereka salah. Mattarion bukanlah pemburu biasa.

Saat vampir pertama melompat ke arahnya, Mattarion mengayunkan pedangnya dengan kecepatan yang luar biasa, memotong makhluk itu menjadi dua. Tubuh vampir tersebut segera menghilang menjadi abu. Dua vampir lainnya menyeringai marah dan menyerang bersamaan. Dengan kecepatan dan ketangkasan yang tak tertandingi, Mattarion berkelit dan menyerang balik, melukai mereka dengan pedang peraknya yang terberkati.

Namun, salah satu vampir berhasil menggoreskan cakar tajamnya ke lengan Mattarion. Luka itu dalam, dan darah mengalir deras. Tapi, dalam hitungan detik, luka itu mulai menutup dengan sendirinya, menyembuhkan tanpa meninggalkan bekas. Para vampir terkejut, menyadari bahwa mereka menghadapi lawan yang lebih dari sekadar manusia.

"Engkau akan membayar dosa-dosamu," kata Mattarion dengan suara rendah, penuh keyakinan. "Dalam nama Tuhan, aku akan mengirim kalian kembali ke neraka."

Dengan ledakan kekuatan dan semangat, Mattarion menyerang dengan kekuatan penuh. Dia memutar pedangnya, menebas satu vampir dan menusuk jantung vampir lainnya, mengakhiri pertempuran dalam sekejap. Ketika tubuh-tubuh mereka berubah menjadi abu, malam kembali menjadi sunyi.

Mattarion berdiri di tengah abu, mengatur napasnya. Meskipun dia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka-lukanya, setiap pertempuran mengingatkannya akan harga yang harus dibayar untuk kekuatan yang dia miliki. Dia mengangkat salib di lehernya dan berdoa, memohon kekuatan untuk melanjutkan misinya.

Di kejauhan, terdengar suara lonceng gereja. Mattarion tahu bahwa pekerjaannya belum selesai. Masih banyak makhluk kegelapan yang harus dia hadapi, dan dia bersumpah untuk terus berjuang sampai akhir, tidak peduli seberapa besar pengorbanan yang harus dia lakukan.

Dengan keyakinan yang tak tergoyahkan, Mattarion Aragon melangkah ke dalam kegelapan, siap untuk melanjutkan pertempurannya melawan kejahatan, menjaga cahaya harapan tetap menyala di dunia yang dipenuhi bayang-bayang.

0 Komentar